Rabu, 25 Juli 2012

Posisi Menentukan Prestasi (?)


Tidak asing lagi memang judul diatas, Posisi menentukan prestasi. Judul tersebut sering terdengar pada masa UTS dan UAS mungkin di kampus, atau sekolah Anda pada saat ujian semester. Begitupun dengan yang terjadi pada saya, sering terdengar sebelum masuk ujian bagaimana berbondong-bondong anak yang memiliki kelebihan dalam pelajaran, menjadi primadona dari mahasiswa lain. Mahasiswa lain mencari tempat duduk yang dekat dengan “sang primadona” agar dirinya dapat menjadi “primadona” juga, dalam hal ini adalah nilai. Mereka duduk dekat dengan mahasiswa yang pintar agar mereka dapat mencontk, atau bahasa halusnya mereka meminta jawaban. Yang mereka inginkan adalah nilai bagus, ya hanya untuk nilai.

Sebenarnya hal ini sudah menjadi kebiasaan sehingga tradisi ujian seperti ini bersifat turun-temurun. Dari kecil, di tingkat SD contohnya, mereka yang ingin nilai bagus tanpa belajar, mencontek dan bekerjasama dengan teman-temannya. Satu jawaban yang saya dapatkan adalah, mereka mencari nilai, bukan ilmu. Inilah yang terjadi dengan mahasiswa yang memiliki prinsip “Posisi Menentukan Prestasi”, mereka hanya mencari nilai, tidak ilmunya. Padahal tujuan dari sekolah, kuliah, dan berbagai instansi pendidikan adalah ilmu. Ilmu yang terpenting bukan nilai dan mereka melupakan tujuan mereka mencari ilmu.

Jadi masihkah Anda berprinsip “Posisi Menentukan Prestasi?”. Apakah ilmu atau hanya nilai yang baik yang Anda kejar? Tanyakan pada diri Anda sendiri, meminjam kata guru Fisika SMA saya, Ibu Anita, “Carilah ilmu sebanyak yang kalian bisa dan mampu, maka nilai akan datang sendirinya sebagai bonus.”  

Koin Untuk KPK


Entah apa yang terjadi di Indonesia. Untuk membuat gedung baru yang tidak berguna, DPR langsung mengiyakan, Untuk “jalan-jalan” dengan dalih studi ke luar negri, DPR langsung mengiyakan, tapi KPK yang ingin membuat gedung baru, langsung ditolak mentah mentah. Padahal tujuan dari pembuatan gedung baru KPK adalah untuk mempermudah penindakan korupsi. Ada apa dengan negeri ini? Berbagai pertanyaan muncul dalam benak semua orang, apakah ini hanya untuk melemahkan KPK? Atau ada persaingan antara DPR vs KPK?
Namun kita harus bangga menjadi orang Indonesia, Orang Indonesia memiliki jiwa solidaritas dan sosial yang tinggi. Terbukti menanggapi isu ini, dibentuklah penggalangan dana koin untuk KPK, yang tidak hanya di Indonesia, namun mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar diluar negri juga melakukan penggalangan dana. Tidak peduli besar atau kecil jumlah dari penggalangan Koin untuk KPK ini, ini merupakan simbol bentuk dukungan masyarakat untuk memperbaiki penegakan hukum di Indonesia, khususnya korupsi. Mulai ada kesadaran dari masyarakat terhadap pentingnya KPK dalam pemberantasan korupsi Indonesia.
Tidak perduli apa yang dilakukan pemerintah, oleh DPR dan lainnya, Koin Untuk KPK merupakan bukti bahwa keadilan dan hukum harus ditegakkan. Dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat.

Tingkat Motivasi yang Saya pilih: Emosional


Motivasi sangat dibutuhkan dalam mencapai suatu tujuan. Ambil contoh dalam penyelesaian penulisan ilmiah yang masih hangat di telinga. Untuk menyelesaikan PI, dibutuhkan emauan yang kuat dan organisasi waktu yang sangat baik karena dalam pengerjaanya PI sangat memakan waktu dan kita tidak bisa meninggalkan kegiatan lain kita tentunya. Motivasi dibutuhkan untuk membuat seseorang tidak pantang menyerah dalam melakukan segala hal, seperti halnya dengan PI. PI sangat menguras tenaga dan pikiran sehingga yang ada dalam kepala kita adalah bosan, lelah, malas dan segala macam hal yang membuat kinerja kita menurun. Motivasi lah yang menghapus efek efek negatif tersebut dan mengubahnya menjadi energi positif seperti semangat, perasaan menggebu untuk menyelesaikan PI dan sebagainya.
Pertanyaanya, bagaimana cara membuat kita memiliki motivasi yang selalu positif buat kita?
Ada berbagai aspek dalam membangkitkan motivasi, yang akan kita bahas adalah tingkat emosional. Tingkat emosional sangat vital dalam membangun motivasi kita. Bagaimana kita dapan me-manage diri kita sendiri dalam hal emosi yang akan berdampak positif bagi kita. Egoisme merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diredam dalam tingkat emosional kita. Bila kita dapat meredamnya, maka tidak ada lagi kemalasan dalam mengerjakan PI, kita tidak akan tergoda untuk lebih memilih Hangout dengan teman, dan lain lain. Bila tingkat Emosional kita dalam posisi yang sangat baik, dari kesadaran diri, tingkat stress, dan ego yang rendah, segala hal kecil dapat menjadi motivasi dalam mengerjakan sesuatu.
Pada tulisan saya diatas saya hanya ingin berbagi, kita harus menjaga tingkat Emosional kita agar stabil. Dengan emosional yang stabil, kita dapat dengan mudah menemukan motivasi dalam mengerjakan apapun, dan dalam pengerjaanya pun kita melakukannya dengan baik.

Pelajaran Softskill dibalik Piala Eropa 2012


EURO 2012 adalah salah satu pesta olahraga yang sangat ditunggu bagi penikmat sepakbola sejati sampai dengan masyarakat awam. Bagaimana tidak, tim-tim terbaik dari daratan eropa beradu aksi di piala eropa tersebut. Piala eropa memang telah selesai dengan menahbiskan Spanyol sebagai raja eropa, namun ternyata ada satu hal yang sangat penting agar sebuah tim dapat berjaya dan bermain baik dalam suatu turnamen besar seperti ini.
Tidak hanya pemain kelas dunia yang dibutuhkan, tidak juga hanya dengan bermodal pelatih ternama. Yang sangat penting dalam hal ini ternyata adalah live skill atau yang kita sebut dengan softskil. Tim yang dapat menampilkan permainan terbaik mereka sudah jelas memiliki apa yang dinamakan “softskil”. Kerja keras, kerjasama tim, menahan ego, kesabaran, serta memiliki kepemimpinan merupakan modal yang sangat besar bagi sebuah tim. Bukti nyata softskill sangat berpengaruh adalah pada tim Belanda. Tidak ada yang meragukan Belanda dari materi tim, serta pelatihnya, semua merupakan pemain kelas dunia dan pelatih yang mengantarkan Belanda bermain dengan “Totall Football” nya yang sangat menghibur. Siapa yang tak kenal dengan Wesley Sneijder, Robin van Persie, Arjen Robben, Ravael van der Vaart, hingga Ibrahim Affelay. Semuanya merupakan pemain dengan label “world class player”, namun mereka tidak dapat menghantarkan Belanda menjadi juara, dan bermain sangat buruk. Yang terjadi pada mereka adalah egoisme satu pemain dengan yang lainnya, tidak ada kerjasama tim, dan yang paling buruk adalah tidak ada kepercayaan terhadap kapten mereka, Mark van Bommel. Inilah yang membuat tim Der Oranje gagal total.
Hal yang sama, namun dengan nasib yang lebih baik adalah Portugal. Ketergantugan atas Cristiano Ronaldo awalnya membuat sulit permainan portugal berkembang. Kita tidak melihat sentuhan satu dua serta gocekan pemain Portugal seperti biasanya yang membuat decak kagum. Namun perlahan mereka belajar. Kerja keras, semangat pantang menyerah, serta percaya kepada permainan kolektif yang mengedepankan teamwork, menjadi kunci kebangkitan permainan Portugal. Namun akhirnya egoisme yang meruntuhkan Portugal pada adu pinalti. Egoisme Louis Nani yang menginginkan menendang pertama membuat algojo pinalti yang seharusnya menendang, Bruno Alves menjadi kehilangan kepercayaan diri dan ketenangan sehingga gagal mengeksekusi pinalti selanjutna. Begitupun Cristiano Ronaldo yang ngotot menendang pinalti terakhir yang akhirnya dia tidak dapat menendang pinalti dan Portugal tersingkir.
Berbeda halnya dengan Jerman, Spanyol, dan Itali merupakan tim terbaik yang dapat menggunakan softskill mereka dengan baik juga. Kombinasi pemain berkelas, pelatih brillian dengan kerja keras, semangat pantang menyerah dan kepercayaan kepada kepemimpinan tim membuat tiga tim tersebut bermain dengan sangat baik dan menghibur. Walaupun hanya ada satu pemenang dalam EURO 2012 yaitu Spanyol, namun tiga tim terbaik inilah yang merupakan “juara” sesungguhnya. Mereka dapat menggabungkan berbagai aspek untuk kepentingan tim. Dapat diambil kesimpulan Live skill atau soffskil menentukan kesuksesan. Marilah kita kembangkan softskill kita.
Powered By Blogger