Rabu, 25 Juli 2012

Pelajaran Softskill dibalik Piala Eropa 2012


EURO 2012 adalah salah satu pesta olahraga yang sangat ditunggu bagi penikmat sepakbola sejati sampai dengan masyarakat awam. Bagaimana tidak, tim-tim terbaik dari daratan eropa beradu aksi di piala eropa tersebut. Piala eropa memang telah selesai dengan menahbiskan Spanyol sebagai raja eropa, namun ternyata ada satu hal yang sangat penting agar sebuah tim dapat berjaya dan bermain baik dalam suatu turnamen besar seperti ini.
Tidak hanya pemain kelas dunia yang dibutuhkan, tidak juga hanya dengan bermodal pelatih ternama. Yang sangat penting dalam hal ini ternyata adalah live skill atau yang kita sebut dengan softskil. Tim yang dapat menampilkan permainan terbaik mereka sudah jelas memiliki apa yang dinamakan “softskil”. Kerja keras, kerjasama tim, menahan ego, kesabaran, serta memiliki kepemimpinan merupakan modal yang sangat besar bagi sebuah tim. Bukti nyata softskill sangat berpengaruh adalah pada tim Belanda. Tidak ada yang meragukan Belanda dari materi tim, serta pelatihnya, semua merupakan pemain kelas dunia dan pelatih yang mengantarkan Belanda bermain dengan “Totall Football” nya yang sangat menghibur. Siapa yang tak kenal dengan Wesley Sneijder, Robin van Persie, Arjen Robben, Ravael van der Vaart, hingga Ibrahim Affelay. Semuanya merupakan pemain dengan label “world class player”, namun mereka tidak dapat menghantarkan Belanda menjadi juara, dan bermain sangat buruk. Yang terjadi pada mereka adalah egoisme satu pemain dengan yang lainnya, tidak ada kerjasama tim, dan yang paling buruk adalah tidak ada kepercayaan terhadap kapten mereka, Mark van Bommel. Inilah yang membuat tim Der Oranje gagal total.
Hal yang sama, namun dengan nasib yang lebih baik adalah Portugal. Ketergantugan atas Cristiano Ronaldo awalnya membuat sulit permainan portugal berkembang. Kita tidak melihat sentuhan satu dua serta gocekan pemain Portugal seperti biasanya yang membuat decak kagum. Namun perlahan mereka belajar. Kerja keras, semangat pantang menyerah, serta percaya kepada permainan kolektif yang mengedepankan teamwork, menjadi kunci kebangkitan permainan Portugal. Namun akhirnya egoisme yang meruntuhkan Portugal pada adu pinalti. Egoisme Louis Nani yang menginginkan menendang pertama membuat algojo pinalti yang seharusnya menendang, Bruno Alves menjadi kehilangan kepercayaan diri dan ketenangan sehingga gagal mengeksekusi pinalti selanjutna. Begitupun Cristiano Ronaldo yang ngotot menendang pinalti terakhir yang akhirnya dia tidak dapat menendang pinalti dan Portugal tersingkir.
Berbeda halnya dengan Jerman, Spanyol, dan Itali merupakan tim terbaik yang dapat menggunakan softskill mereka dengan baik juga. Kombinasi pemain berkelas, pelatih brillian dengan kerja keras, semangat pantang menyerah dan kepercayaan kepada kepemimpinan tim membuat tiga tim tersebut bermain dengan sangat baik dan menghibur. Walaupun hanya ada satu pemenang dalam EURO 2012 yaitu Spanyol, namun tiga tim terbaik inilah yang merupakan “juara” sesungguhnya. Mereka dapat menggabungkan berbagai aspek untuk kepentingan tim. Dapat diambil kesimpulan Live skill atau soffskil menentukan kesuksesan. Marilah kita kembangkan softskill kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger