Kembalikan Sepakbola Indonesia,
mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi sepakbola
Indonesia kini. Kisruh ditubuh PSSI dari era Nurdin Halid masih saja belum
berubah, malah bertambah parah. Yang kita tahu waktu era Nurdin Halid, kompetisi
yang legal adalah ISL (indonesian Super League), namun Nurdin Halid sudah
dianggap membosankan oleh publik sepakbola Indonesia, dan terbentuklah lawan
untuk menggulingkan posisinya dari IPL (indonesia Premier League). Sudah jelas
IPL merupakan kompetisi yang ilegal. Setelah Johar Arifin berhasil “menggulingkan”
posisi Nurdin Halid, banyak harapan yang menginginkan dia lebih baik dari
Nurdin, namun masyarakan dibuat kecewa setelah Alfred Riedl tidak dilanjutkan
kontraknya, tidak hanya disitu, IPL dijadikan kompetisi resmi dan ISL tidak
diakui. Ya beginilah yang terjadi dalam tubuh sepakbola bangsa Indonesia,
disaat kita menginginkan timnas dan persepakbolaan Indonesia semakin maju, malah
terjadi masalah intern yang kronis.
Tubuh PSSI kini kembali menjadi dua,
Johar Arifin dengan La
Nyalla Mattalitti sebagai penyelamat persepakbolaan Indonesia, sama seperti
dulu Nurdin Halid dengan Johar Arifin dkk. Inilah yang membuat masalah semakin
berlarut karena FIFA akan menjatuhkan sanksi terkait dualisme kompetisi di
tubuh PSSI. Sanksi yag dijatuhkan adalah dibekukan dari pertandingan
Internasional, yang berarti kompetisi kita tidak akan diakui, dan kita tidak
dapat bertanding di luar Indonesia dan kompetisi dari FIFA, tentunya ini akan
menghancurkan asa seluruh masyarakat dan pemain sepakbola Indonesia. Hukuman
yang dijatuhkan beraneka ragam, Kuwait hanya dihukum 15 hari, Bosnia 2 bulan,
Peru sebulan, dan yang terparah adalah Nigeria yang mencapai 2 tahun.
Inilah yang harus kita hindari. PSSI harus bersatu
untuk menyelesaikan masalah ini agar kita tidak menerima sanksi yang sangat
berat dan merugikan tersebut. Beruntung AFC berhasil melobi FIFA untuk
memberikan waktu Indonesia untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi ini.
Awalnya rekonsiliasi ini tidak ada yang mau mengalah antara kubu IPL dan ISL,
namun setelah mentri Pemuda dan Olahraga, Andi Malarangeng ingin mencabut aliran
dana untuk PSSI, pihak Johar Arifin mulai melunak. Rekonsiliasi harus segera
dicapai agar tidak terjadi sanksi untuk Indonesia, yang ideal tentunya adalah
merger antara dua kompetisi tersebut sehingga tidak ada yang dianaktirikan,
entah itu dibagi dua wilayah seperti kompetisi kita di masa dulu atau tetap
pada format satu wilayah. Kemudian untuk kepengurusan PSSI sendiri seharusnya
FIFA dan AFC turun tangan, ketua PSSI harus dari FIFA dan bukan orang Indonesia
sehingga tidak akan terjadi persaingan politik seperti sekarang ini sampai
kondisi ini kembali seperti normal.
Tidak ada jalan lain untuk semua rakyat Indonesia
bersatu untuk rekonsiliasi ini. Sepakbola Indonesia merupakan milik rakyat
Indonesia, bukan hanya milik kelompok-kelompok tertentu, apalagi yang
menggunakanya untuk politik. We love timnas but no PSSI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar