Sabtu, 07 April 2012

Garudaku (mungkin) Tidak Bisa Terbang Tinggi Lagi

Kembalikan Sepakbola Indonesia, mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi sepakbola Indonesia kini. Kisruh ditubuh PSSI dari era Nurdin Halid masih saja belum berubah, malah bertambah parah. Yang kita tahu waktu era Nurdin Halid, kompetisi yang legal adalah ISL (indonesian Super League), namun Nurdin Halid sudah dianggap membosankan oleh publik sepakbola Indonesia, dan terbentuklah lawan untuk menggulingkan posisinya dari IPL (indonesia Premier League). Sudah jelas IPL merupakan kompetisi yang ilegal. Setelah Johar Arifin berhasil “menggulingkan” posisi Nurdin Halid, banyak harapan yang menginginkan dia lebih baik dari Nurdin, namun masyarakan dibuat kecewa setelah Alfred Riedl tidak dilanjutkan kontraknya, tidak hanya disitu, IPL dijadikan kompetisi resmi dan ISL tidak diakui. Ya beginilah yang terjadi dalam tubuh sepakbola bangsa Indonesia, disaat kita menginginkan timnas dan persepakbolaan Indonesia semakin maju, malah terjadi masalah intern yang kronis.

Tubuh PSSI kini kembali menjadi dua, Johar Arifin dengan La Nyalla Mattalitti sebagai penyelamat persepakbolaan Indonesia, sama seperti dulu Nurdin Halid dengan Johar Arifin dkk. Inilah yang membuat masalah semakin berlarut karena FIFA akan menjatuhkan sanksi terkait dualisme kompetisi di tubuh PSSI. Sanksi yag dijatuhkan adalah dibekukan dari pertandingan Internasional, yang berarti kompetisi kita tidak akan diakui, dan kita tidak dapat bertanding di luar Indonesia dan kompetisi dari FIFA, tentunya ini akan menghancurkan asa seluruh masyarakat dan pemain sepakbola Indonesia. Hukuman yang dijatuhkan beraneka ragam, Kuwait hanya dihukum 15 hari, Bosnia 2 bulan, Peru sebulan, dan yang terparah adalah Nigeria yang mencapai 2 tahun.

Inilah yang harus kita hindari. PSSI harus bersatu untuk menyelesaikan masalah ini agar kita tidak menerima sanksi yang sangat berat dan merugikan tersebut. Beruntung AFC berhasil melobi FIFA untuk memberikan waktu Indonesia untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi ini. Awalnya rekonsiliasi ini tidak ada yang mau mengalah antara kubu IPL dan ISL, namun setelah mentri Pemuda dan Olahraga, Andi Malarangeng ingin mencabut aliran dana untuk PSSI, pihak Johar Arifin mulai melunak. Rekonsiliasi harus segera dicapai agar tidak terjadi sanksi untuk Indonesia, yang ideal tentunya adalah merger antara dua kompetisi tersebut sehingga tidak ada yang dianaktirikan, entah itu dibagi dua wilayah seperti kompetisi kita di masa dulu atau tetap pada format satu wilayah. Kemudian untuk kepengurusan PSSI sendiri seharusnya FIFA dan AFC turun tangan, ketua PSSI harus dari FIFA dan bukan orang Indonesia sehingga tidak akan terjadi persaingan politik seperti sekarang ini sampai kondisi ini kembali seperti normal.

Tidak ada jalan lain untuk semua rakyat Indonesia bersatu untuk rekonsiliasi ini. Sepakbola Indonesia merupakan milik rakyat Indonesia, bukan hanya milik kelompok-kelompok tertentu, apalagi yang menggunakanya untuk politik. We love timnas but no PSSI. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger